Kamis, 10 Maret 2011

MENGENAL DAN MENGENDALIKAN NAFSU

Nafsu ,dikurniakan Allah kepada makhluk yang bernama manusia dan Allah telahpun menyediakan jalan diantaranya menuju kebaikan ataukah kejahatan. Nafsu tidak bisa kita hilangkan ataupun kita bunuh,namun mestilah kita mampu kendalikan dengan cara yang benar.Dan islam telah mendidik kita  bagaimana mengendalikan nafsu dengan benar.Melalui Islam lah Allah telah menyebar ilmu NYA,bagaimana kita mengenal,mendidik,mengawal dan membimbing nafsu,dan Allah akan memberikan kesejahteraan,di dunia,membuka pintu-pintu syurgaNya,di akhirat,bagi mereka yang mampu mendidik,dan mengendalikan nafsunya.
Nafsu dijadikan bertujuan untuk mengawal diri manusia,dari ujian,serangan,tapi bukan untuk menyerang. Dengan nafsu juga manusia akan berlomba dan bersaing dalam mencapai kejayaan dirinya,namun yang menjadi isu ialah apabila nafsu itu sudah melampaui batas dan sukar dikendalikan, perkara inilah yang mengakibatkan seorang manusia selalu terjebak dalam perangkap syaitan,karena memperturuti hawanafsunya sehingga tidak pernah puas,dan akhirnya membawa binasa,karena Allah  mencela orang orang yang melampaui batas. Maka sudah seharusnyalah kita “melihat”kedalam diri kita,intropeksi diri,apakah kita sudah mengenal kedudukan nafsu dalam diri,apakah sudah mampu mengendalikannya.Inilah yang sepatutnya untuk kita perbenah sebelum kita melayakkan diri untuk beramal ibadah ,serta memetik “buahnya” yaitu Hidayah dari Allah SWT.
Menurut para ulama,secara garis besarnya,nafsu yang terdapat pada diri manusia yang akhil balikh itu terbagi 3 tingkatan;diantaranya:
[1] NAFSU AMMARAH;
        Kedudukan Nafsu ini adalah yang paling rendah dan tercela disisi Allah SWT ,bagi mereka yang memperturutinya.Dari Nafsu amarah inilah tumbuh bibit bibit penyakit hati ,diantaranya dengki iri hati,dendam,tamak,sombong. Mereka suka mencela orang lain, memperbodohkan kelemahan orang lain dan melihat dirinya sendiri serba sempurna,akhirnya menjadi takkabur. Mereka tidak dapat tahan lagi untuk menjaga kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan jatuh jadi hinalah orang yang menurutkan nafsu ammarah.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya"…” (Al-Baqarah : 10) "Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji(mungkar) , kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Allah (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”(Qs Yusuf 53)
[2] NAFSU LAWAMMAH
     Ialah nafsu yang selalu ragu-ragu,mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Nafsu lawamah  lebih baik sedikit dari nafsu amarah. Orang yang sudah ada bunga kesadaran, keinsafan, dia sadar kejahatan itu berdosa dan kebaikan itu pahala, dia ingin berbuat baik, tetapi tidak tahan lama, waktu jatuh dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas dengan kejahatan tapi hati menderita dengan kejahatan. Rasa berat untuk keluar dari kejahatan. Timbul perebutan antara nafsu dan akal, nafsu mengajak kepada kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan.Namun terkadang melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan dan niat tulus ,dan apabila terlanjur tidak berhenti menyesal,akhirnya menderita berkepanjangan. Atau tidak dapat istiqomah dalam berbuat kebaikan. Namun Nafsu Lawamah  ibarat taufik dan hidayah Allah untuk memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
[3] NAFSU MUTHMAINNAH
       Ialah nafsu yang Redha,tenang dan tenteram ,dan terbaik diantara nafsu yang disebutkan tadi, sifat orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah adalah, bila dia buat amal kebajikan rasa sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu rasa rindu hendak buat kebajikan, mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka ini dikatakan penggembala matahari (senantiasa menunggu waktu beribadah)
Hati senantiasa rindu dengan Allah, bila dia baca ayat Allah yang ada kaitannya dengan Neraka, dia rasa takut, cemas. Dia takut dengan dosa, seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya. Dia akan bersabar dengan ujian dari Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat kabulkan, rezekinya terjamin, dijamin oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar, akhirnya ia sudah bisa redha dengan ujian dan sabar itu akhirnya berbuah, kebahagian dunia dan Akhirat.
Firman Allah; “Hai jiwa yang tenang (bernafsu muthmainah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku” [Al Fajr : 27-30]

        Demikianlah diantara tingkatan nafsu yang telah disepakati para Ulama’,dan Islam menuntut agar  diri kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita,dan bukan diri yang dikendalikan Nafsu.Dan yang paling utama untuk kita jaga,dan yang menjadi ISU BESAR pada diri kita saat  ini ialah,bermula dari menjaga nafsu amarah,karena inilah yang  akan membawa penderitaan pada diri,dan masyarakat dan sangat dibenci Allah SWT.Nafsu amarah manusia ialah apa yang dikenali sebagai kemahuannya (keinginan dirinya) yang berada pada jiwanya sendiri. Ia boleh diumpamakan seperti musuhnya yang senantiasa menunggu peluang untuk membinasakan dan menyerangnya. Sebab itu dalam satu hadis Rasulullah SAW memperingatkan bahawa peperangan kita melawan kaum kuffar itu masih dikira kecil dan mudah jika dibandingkan dengan perjuangan seseorang menentang nafsunya sendiri yang sentiasa berada bersamanya.Untuk mendidik nafsu ammarah tersebut amatlah sukar melainkan mereka yang sanggup melalui perjuangan atau mujahadah bersungguh2,dengan bantuan rahmat dari Allah SWT. Sehubungan ini Allah berfiman bermaksud: Mereka yang berusaha dan berjuang pada jalan Kami, akan Kami tunjuki jalan-jalan Kami (Surah al-Ankabut ayat 69).Rahmat Allah senantiasa terbuka dimanapun kita berada,namun akibat penyakit dalam hatipada nafsu amarah ini,yang menjadikan  Rahmat tersebut sukar untuk menerangi hati dan fikirannya,dan ketika mendapati Rahmat janganlah berhenti dan jangan berputus asa,bahwa masih banyak lagi pintu Rahmat dibukaNYA,bagi orang yang memiliki kesungguhan untuk memperbaki diri. .
      Terkadang pula seorang  yang berada pada peringkat nafsu amarah ini  bergembira bila menerima nikmat tetapi berdukacita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan. Firman Allah: "Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa."(Surah Ar Rum 36).
       Marah adalah sumber kegelisahan,kebosanan,dan tergesa-gesa.Marah adalah bara api,dan api hanya boleh dipadamkan dengan air. Amal ibadat boleh jadi ‘penawar’ untuk hati daripada dikuasai perasaan benci, dendam
Baginda Rasul bersabda artinya:"Kebersihan adalah sebahagian dari iman."juga sabdanya "Wudhuk itu senjata orang mukmin" ,Sabda Rasulullah "Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah "
      Ini menunjukkan kebersihan seorang muslim itu bukan hanya terletak pada zahirnya tetapi bathinnya pun hendaklah bersih,seperti yang diketahui wudhuk sebelum ibadah sholat adalah pembersih dan penerang diri dan wajah seorang ,dan pembersih bagi hatinya ialah mengingat akan Allah dengan Zikrillah,dan apabila amarah itu datang tiba tiba, segeralah istighfar,dan mohon padanya agar dikuatkan hati dengan Sabar.  Sabda Rasulullah s.a.w: "Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah , maka mundurlah syaitan dan apabila ia lupa, maka syaitan itu menelan hatinya"
Rasulullah SAW pernah berhadapan dengan kemarahan tatkala Baginda menyaksikan bagaimana bapa saudaranya, Saidina Hamzah Abu Talib dibunuh dengan kejam dan di luar batas kemanusiaan dalam perang Uhud. Kemarahan dan perasaan dendam Baginda akhirnya dilembutkan Allah apabila turunnya ayat Al-Quran yang meminta Nabi tabah serta bersabar dengan ujian besar yang diterimanya.Allah berfirman yang bermaksud: “Kalaulah engkau bersikap kasar dan keras hati terhadap mereka tentulah mereka akan lari dari kelilingmu. Oleh itu, maafkanlah kesalahan mereka.” (Surah Ali-Imran, ayat 159)
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. mengatakan, "Jauhilah amarah, karena ia mulai dengan kegusaran dan berakhir dengan penyesalan mendalam”


       Namun demikian, harus pula dicamkan bahwa rasa amarah bukan tak ada gunanya dan selalu berbahaya dalam semua keadaan. Pada saat-saat tertentu, terlepas juga. Namun harus digunakan secara BIJAKSANA ketika situasinya memang menuntut. Naluri ini datang pada waktu seseorang itu hendak melindungi kehidupan dan hartanya dari para perusak dan unsur-unsur kejahatan. Ketika seseorang harus melindungi keimanannya, negaranya, atau membela kemanusian secara umum, naluri kemarahan akan menjadi bagian dari semangat kepahlawanannya. Tanpa kemunculan naluri semacam ini, seseorang akan berada dalam kedudukan pengecut yang menundukkan kepalanya di hadapan berbagai penghinaan atau perlakuan buruk dari selainnya. Bila naluri kemarahan tetap berada dalam kendali naluri kebijaksanaan, niscaya ia dapat menjadi modal yang berharga bagi seseorang. Rasa amarah menjadikan seseorang mampu ikut ambil bagian dalam tugas-tugas yang sulit, seperti berjuang mempertahankan negara, menghidupkan keimanan (amar makruf nahi mungkar), serta melindungi keluarga.
      Namun sebaliknya apabila tidak dapat dikendalikan,kemarahan terus-menerus dapat mempengaruhi jiwa dan urat syaraf seseorang serta membuatnya lemah dan tak bertenaga. Karena itu, orang yang berupaya menjaga nama baik, kesehatan, dan kesalehannya harus sekuat tenaga menundukkan rasa amarahnya yang buruk, kalau tidak, ia (rasa amarah) akan merusak urat syaraf, nama baik, dan keimanan ,dan akhirnya Allah menutup hatinya .
Namun bagaimanapun tetaplah kita berikhtiar mendidik diri supaya senantiasa berlembut hati,dalam bermasyarakat jauhi sifat amarah,jadilah seorang pemurah,karena Allah akan memurahkan Rahmat bagi jiwa kita, serta mudah memaafkan orang lain.Begitulah sifat Rasulullah SAW yang berjaya menarik ramai golongan Musyrikin yang keras, sombong dan Jahil hingga akhirnya mampu dijinakkan dengan kebenaran Islam. Semoga kita bisa menjaga dan mengendalikan sifat marah dan hawa nafsu kita. Karena marah itu hanya akan membawa bencana dan murka ALLAH SWT ,dan dapat meneladani akhlaq Rasulullah SAW yaitu Akhlaqul Kharimmah,yang mendapat gelar Al Insan Kamil (Insan Utama)… amin … Semoga ALLAH menjaga kita dan keluarga kita dari fitnah kehidupan dunia, fitnah kubur dan adzab di hari kiamat kelak. Karena Allah telah membuka lebar pintu-pintu syurgaNya, bagi mereka yang mampu mengendalikannya.
taqabalAllah minaa wa minkum,subhannallah.