Rabu, 24 November 2010

Tips Berkomunikasi dengan Suami Anda

Pria dan wanita berkomunikasi dengan cara yang sangat berbeda. Kadang-kadang, berbicara dengan suami Anda bisa menjadi labirin miskomunikasi. Karena itu, memahami bagaimana pria berpikir akan membantu menentukan bagaimana berkomunikasi dengan mereka secara efektif.

Masalah Vs Telinga

Hal yang perlu Anda ingat ketika berkomunikasi dengan suami adalah kebanyakan laki-laki adalah seorang yang suka “memecahkan masalah.” Maksudnya? Di kepala lelaki, jika istrinya bicara itu artinya istrinya sedang punya masalah dan meminta bantuannya untuk memecahkan masalah itu. Sementara, sejak pagi sampai malam di kantor, ia merasa tak henti-hentinya menghadapi masalah dan menuntaskannya, hingga ia kelelahan. Hal terakhir yang ia butuhkan adalah “tambahan masalah” setibanya di rumah. Begitu istrinya mulai bercerita (menceritakan “masalah-masalah”nya) maka si suami pun pasang muka tembok dan menenggelamkan dirinya di pertandingan sepakbola di televisi.

Padahal, kebanyakan wanita bercerita panjang lebar itu hanyalah ingin didengar saja. Yang ia butuhkan hanya sepasang telinga. Karena itu, saran saya, katakan kepada suami Anda bahwa Anda hanya perlu telinganya. Pastikan dia tahu bahwa Anda tidak mencari jawaban. Katakan padanya Anda hanya perlu sedikit simpati.

Pria Penggemar Fakta
Kebanyakan lelaki menyukai fakta. Mereka ingin Anda segera mengemukakan fakta itu. Langsung ke titik fokusnya. To the poitn. Itu sebabnya, pria suka memotong pembicaraan Anda atau sebaliknya mengejar Anda dengan pertanyaan, untuk segera mengetahui faktanya. Ya, ia ingin mendapatkannya secepat mungkin.

Jadi? Saat hendak berkomunikasi dengan suami Anda, jangan berliku-liku. Pembicaraan yang berkelok-kelok hanya akan membuat dirinya “pergi”:  membaca koran, menonton TV, merokok, atau benar-benar pergi, masuk kamar atau malah ke luar rumah.

Jeda untuk “Tune-In”
Memang Anda yang paling mengenal suami Anda. Tetapi, sebagian besar lelaki perlu waktu untuk “beradaptasi kembali” dengan situasi rumahnya, setelah seharian di kantor. Ia butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi rumah. Walau Anda sudah menunggu seharian untuk melontarkan sesuatu, cobalah untuk menundanya barang sejenak. Jangan menembaknya begitu ia nongol di pintu rumah. Beri dia waktu jeda sebelum berbicara dengannya.

Tutup Pintu Rapat-rapat
Memang, kebanyakan pria suka percakapan ‘to the point,’ langsung ke sasaran tembaknya; tetapi ada pertanyaan tertentu yang membuat dirinya menutup pintu rapat-rapat. “Apakah kau mencintaiku?” “Mengapa kau mencintaiku?” “Bagaimana kelanjutan hubungan kita?” Pertanyaan-pertanyaan ini akan membuatnya sesak nafas dan dengan cepat mencari remote control televisi. Cobalah menemukan cara untuk tetap membicarakan hal-hal ini tanpa melalui pertanyaan.

Semburan Perasaan
Salah satu cara paling efektif untuk membuat lelaki enggan berkomunikasi adalah membanjiri percakapan dengan limpahan perasaan Anda. Kebanyakan pria memang sulit menghadapi curahan perasaan seseorang. Itu membuat mereka merasa tidak nyaman.Kebanyakan pria dibesarkan untuk menjadi manusia yang “jantan, tangguh, dan kuat,” yang kerapkali mereka artikan sebagai “tidak melibatkan perasaan.” Jika Anda mampu, usahakan untuk mengendalikan emosi saat Anda bercerita. Ini akan membantu Anda untuk masuk ke dalam kepala mereka.

“Kamu mengerti yang kubicarakan?”
Tak perlu khawatir menanyakan apakah suami Anda mengerti apa yang Anda maksudkan atau tidak. Dalam hubungan apapun, sungguh gagasan yang baik untuk bertanya apakah lawan bicara Anda benar-benar mengerti apa yang Anda maksudkan. Untuk itu, Anda juga harus sungguh-sungguh mengatakan yang sebenarnya. Maklum, kadang-kadang, wanita mengatakan satu hal padahal yang dimaksudkannya hal yang lain. Bahkan, kadang-kadang, sesama perempuan tidak tahu persis apa yang kita inginkan. Jika Anda tidak tahu atau ragu-ragu, lebih baik kalau Anda mengatakan bahwa Anda sendiri tidak yakin apa yang Anda maksudkan.

Dalam hubungan apapun, wajar terkadang kita mengalami masa-masa sulit berkomunikasi. Menemukan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan suami Anda memang butuh waktu. Perubahan ini butuh tempo panjang, tidak terjadi dalam semalam. Bersama dengan berlalunya waktu, Anda akan tahu bagaimana untuk tidak hanya mengetahui pikirannya dan perasaannya, tetapi juga memahami suami Anda sepenuhnya.

DB