Rabu, 24 November 2010

"Syukur menambah nikmat."

  


  • Orang tidak bisa bersyukur kepada Allah dengan tulus Ikhlas jika tidak memahami tentang sesuatu yang disyukurinya. Karena banyak orang bersyukur, bahkan sepanjang hari tidak terhitung, tetapi sebatas ujung lidah. Ketika syukur lenyap, maka menguaplah rasa terimakasih itu..."


"Syukur menambah keimanan."

  • Seseorang akan bisa bersyukur dengan sedalam-dalamnya dan penuh rasa ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi nikmat, apabila ia memahami dan "membaca" terhadap apa yang diterimanya, memahami apa yang disyukuri. Karena itu syukur erat kaitannya dengan Iman."
  • "Tak mungkin seseorang bisa bersyukur jika ia tidak punya akidah, tidak yakin adanya Tuhan. Sebaliknya seseorang yang telah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan menjalankan Perintah-Nya, tetapi tidak bersyukur, maka sungguh ia adalah termasuk orang yang tak tahu diri."

  • "Jika seseorang telah beriman dan mengakui adanya Allah, menjalankan Perintah-Nya, takut dan ta'at kepada-Nya, lalu ia mau membaca tanda-tanda-Nya, maka mudahlah ia melakukan bersyukur."


  • "Adapun tanda-tanda Kebesaran Allah yang mudah kita "baca" atau kita lihat misalnya tentang langit ditinggikan dan bumi dihamparkan
  • "Allah telah menciptakan langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian dengan air hujan itu, Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu agar kau bisa berlayar di lautan atas kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (ke permulaan) dari segala yang kamu mohon kepada-Nya. Dan jika kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." 
  • (QS. Ibrahim 32-34).
  • "Berdasarkan sifat manusia, bahwa nikmat itu dapat dikatagorikan menjadi 2 macam; yaitu nikmat yang bersifat fitri (asasi) dan nikmat yang menyusul yang dibawa sejak lahir. Sedangkan nikmat yang menyusul kemudian adalah yang diterima manusia yang dirasakannya setiap waktu.



"Fabiayialla irabbikuma tukazziban..."

(...nikmat mana lagi yang engkau dustakan ?.").

Begitulah ayat yang beberapa kali disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala  dalam Al-Qur'an surah Ar-Rahman.

  • "Dan Tuhan melahirkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu apapun. Dan (kemudian) diberi-Nya kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." 
  • (QS, An Nahl 78).

  • Kita jarang berpikir, jika Allah menjual mata kepada manusia dan panca indra semuanya serta udara untuk kita bernafas ini kepada manusia, tentu kita harus membelinya dengan mahal. Meskipun demikian Allah hanya memberikannya dengan cuma-cuma. Dia tidak pernah menuntut agar kita membeli atau menyewa organ-organ itu dan sebagainya, semua yang ada dan kita perlukan ini. Syukur dan taat sudah cukup menyatakan terimakasih kepada-Nya. Allah Maha Segalanya. Allah Maha segalanya, tak butuh apa-apa, sekalipun manusia itu tidak mau bersyukur, maka Allah tidak pernah dirugikan.

  • Akan tetapi sebaliknya, bila kita tak tahu diri dan enggan bersyukur, maka kerugian akan menimpa diri kita. Dengan kata lain, syukur itu merupakan akhlak dan perbuatan baik yang dampaknya akan kembali kepada diri kita.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya);
  • "Barang siapa yang bersyukur, maka hal itu adalah untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang ingkar, sesungguhnya Allah itu Maha Kaya dan Mulia." 
  • (QS. An-Naml 40)

"Jika kamu  bersyukur atas nikmat KU maka akan Ku tambahkan nikmat mu, namun jika kamu ingkar, sesungguhnya azab KU amat pedih..."
(QS : Ibrahim : 7)"


 Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.