- Utamakan kewajiban sebagai orangtua. Hal ini tentu sulit dilakukan di dunia dengan begitu banyak tuntutan untuk bersaing, untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga maupun untuk memenuhi keinginan-keinginan duniawi lainnya. Tetapi orangtua yang baik secara sadar merencanakan dan mencurahkan waktu khusus untuk menjadi orangtua. Mereka tahu bahwa agar anak-anaknya menjadi juara kehidupan, bukan skor IQ, nilai akademik, atau memenangi kompetisi yang terpenting, juga bukan mobil mewah dan sekolah ternama, melainkan mengembangkan karakter anak-anak mereka. Mereka sadar bahwa karakter adalah pondasi dasar manusia.
- Kajilah bagaimana Anda menghabiskan waktu dan hari dalam seminggu. Berapa jumlah waktu yang Anda habiskan bersama dengan anak-anak Anda. Rencanakan bagaimana caranya agar Anda dapat menenun anak-anak Anda ke dalam kehidupan sosial Anda dan sebaliknya, merajut diri Anda ke dalam kehidupan mereka.
- Jadilah teladan yang baik. Hadapilah kenyataan tak terbantahkan ini: anak-anak/manusia belajar terutama melalui pemodelan, lewat teladan. Bahkan, Anda tak bisa menghindari agar tidak ditiru anak-anak Anda, entah itu perbuatan baik atau buruk. Karena itu, menjadi teladan yang baik, adalah pekerjaan Anda yang paling penting.
- Jadilah telinga dan mata untuk apa yang diserap anak Anda. Anak-anak seperti spons. Idealnya, sebagian besar dari apa yang mereka serap berkaitan dengan nilai-nilai moral dan karakter. Buku, lagu, TV, Internet, dan film secara terus menerus menyampaikan pesan – yang bermoral dan tidak bermoral – kepada anak-anak kita. Sebagai orangtua kita harus mengontrol aliran gagasan dan pencitraan yang memengaruhi anak-anak kita.
- Gunakan bahasa karakter. Anak-anak tidak akan bisa mengembangkan kompas moral kecuali jika orang-orang di sekitarnya menggunakan “bahasa” yang jelas dan tegas mengenai yang benar dan yang salah. Kalau definisi kita tentang kejujuran rancu, bila aturan kita tentang kebohongan bisa dinaik-turunkan, jika prinsip kita tentang kehormatan dengan mudah disingkirkan, maka jangan berharap memiliki anak-anak yang memegang teguh moralitas.
- Menghukum dengan hati yang penuh kasih. Pada masa sekarang, apalagi melalui buku-buku psikologi populer, menghukum anak dianggap buruk. Akibatnya, orangtua dibebani rasa bersalah kalau sampai menghukum anaknya sehingga anak-anak pun manja dan tak terkontrol. Padahal anak-anak membutuhkan batasan. Mereka akan mengabaikan batas-batas itu jika ada kesempatan. Hukuman yang masuk akal adalah salah satu cara manusia belajar. Anak-anak harus memahami manfaat hukuman dan mengetahui bahwa sumbernya adalah kasih orangtua.
- Belajarlah untuk mendengarkan anak-anak Anda. Kita cenderung mengabaikan apa yang dikatakan anak-anak kita. Salah satu hal terbesar yang dapat kita lakukan untuk mereka adalah menyimak mereka secara serius dan menyisihkan waktu untuk mendengarkan mereka dengan saksama.
- Terlibatlah secara mendalam dalam kehidupan sekolah anak Anda. Sekolah merupakan kegiatan utama kehidupan anak-anak kita. Pengalaman mereka terdiri atas campuran kemenangan dan kekecewaan. Bagaimana cara mereka menghadapi keduanya akan mempengaruhi perjalanan hidupnya. Membantu anak-anak kita menjadi pembelajar yang baik adalah cara lain untuk membantu mereka mendapatkan karakter yang kuat.
- Jadikan makan bersama keluarga sebagai hal yang penting. Salah satu tren yang paling berbahaya di Indonesia adalah matinya kebiasaan makan bersama keluarga. Meja makan bukan hanya tempat menikmati rezeki dan usaha keluarga tetapi juga tempat untuk mengajarkan dan mewariskan nilai-nilai kita. Etika dan aturan secara halus diserap di atas meja makan. Dalam acara makan keluarga ini kita bisa mengkomunikasikan dan mempertahankan nilai-nilai luhur yang akan diterapkan anak-anak sepanjang hidupnya.
- Jangan mereduksi pendidikan karakter menjadi sekadar kata-kata kosong. Kita memperoleh kebajikan melalui praktik, lewat pengalaman sehari-hari. Orangtua harus membantu anak-anak dengan cara menegakkan tindakan moral melalui disiplin diri, kebiasaan kerja yang baik, ramah dan perhatian kepada orang lain, dan melayani masyarakat. Inti dari pengembangan karakter adalah perilaku: perilaku anak-anak.
Sebagai orangtua, kita ingin anak kita menjadi arsitek dari karakter mereka sendiri, sementara kita menerima tanggung jawab untuk menjadi arsitek lingkungan, fisik maupun moral. Kita perlu menciptakan lingkungan di mana anak-anak dapat mengembangkan kebiasaan jujur, murah hati, dan adila. Bagi sebagian besar orangtua, kesempatan terbesar kita untuk memperdalam karakter kita sendiri adalah melalui keringat, darah dan air mata saat berjuang untuk menjadi orangtua yang baik.